Kimmins (1997) dalam Sumardi dan Widyastuti (2004) menekankan bahwa hutan yang sehat terbentuk apabila faktor-faktor biotik dan abiotik dalam hutan tersebut tidak menjadi faktor pembatas dalam pencapaian tujuan pengelolaan hutan saat ini maupun masa akan datang. Kondisi hutan sehat ditandai oleh adanya pohon-pohon yang tumbuh subur dan produktif, akumulasi biomasa dan siklus hara cepat, tidak terjadi kerusakan signifikan oleh organisme pengganggu tumbuhan, serta membentuk ekosistem yang khas.
Kelompok yang menekankan aspek lingkungan (Environmental) berpendapat bahwa ekosistem hutan yang sehat terbentuk setelah hutan mencapai tingkat perkembangan klimaks, yang ditandai oleh tajuk berlapis, pohon-pohon penyusun terdiri atas berbagai tingkat umur, didominasi oleh pohon-pohon besar, serta adanya rumpang yang terbentuk karena matinya pohon. Sedangkan kelompok yang mendalami ekologi (ecosystem centered) mengemukakan bahwa ekosistem hutan yang sehat tercapai bila tempat tumbuhnya dapat mendukung ekosistem untuk memperbaharui dirinya sendiri secara alami, mempertahankan diversitas penutupan vegetasi, menjamin stabilitas habitat untuk flora dan fauna, serta terbentuknya hubungan fungsional di antara komunitas tumbuhan, hewan dan lingkungan.
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2004), pendapat para ahli tentang kesehatan hutan dan kesehatan ekosistem tersebut menunjukkan bahwa keduanya merupakan tingkatan-tingkatan integrasi biologis. Konsekuensinya ialah antara keduanya mempunyai karakteristik yang sama, namun demikian terdapat perbedaan yang fundamental. Aspek kesehatan ekosistem lebih berhubungan dengan pola penutupan vegetasi dalam kisaran kondisi-kondisi ekologi yang luas, sedangkan kesehatan hutan lebih menekankan pada kondisi suatu tegakan dalam hubungannya dengan manfaat yang diperoleh.
Sumardi dan Widyastuti (2004) mengungkapkan, pada masa lalu program-program pengelolaan kesehatan berasumsi bahwa masalah dianggap ada ketika agens kerusakan menimbulkan kerugian ekonomi yang berarti. Program kesehatan diarahkan untuk menurunkan laju reproduksi dan meningkatkan kematian organisme pengganggu tumbuhan dan dalam jangka panjang mengurangi ledakan organisme tersebut.
Dewasa ini pengelolaan kesehatan hutan didefinisikan sebagai upaya memadukan pengetahuan tentang ekosistem, dinamika populasi dan genetika organisme pengganggu tumbuhan dengan pertimbangan ekonomi untuk menjaga agar resiko kerusakan berada di bawah ambang kerugian. Dengan kata lain pengelolaan kesehatan hutan secara modern berusaha untuk mengendalikan kerusakan tetap di bawah ambang ekonomi yang masih dapat diterima. Intensitas pengendalian diperlukan jika kerusakan sudah di atas ambang ekonomi dan jumlah biaya yang dikeluarkan tergantung dari tujuan pengelolaan dan besarnya kerugian yang terjadi.
Artikel Terkait :
- Peranan Serangga Sebagai Spesies Indikator
- Bioindikasi
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga
- Faktor Penentu Perubahan Keanekaragaman Jenis Organisme
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Hutan
- Penilaian Kesehatan Hutan
- Monitoring Kesehatan Hutan
- Kesehatan Hutan
- Artikel Terkait :
- Definisi Hutan Lindung
- Definisi Hutan Klimaks
- Hutan Produksi
- Degradasi Hutan
- Deforestasi
- Pengertian Reboisasi dan Penghijauan
- Konservasi Tanah
- Pengertian Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
- Macam dan Tipe Hutan di Indonesia
- Fungsi Hutan
- Kerusakan Hutan Pulau Kecil
- Pengertian Hutan | Definisi Hutan
- Manfaat Hutan
- Pengertian Abrasi Pantai
- Formasi Ekosistem Hutan
- Manfaat Hutan Mangrove
- Definisi Hutan Mangrove
- Suksesi Hutan
- Pengertian Ekosistem
- Tipe Tipe Hutan Tropis
- Indonesia jadi Miskin Tanpa Hutan
- Presiden Dedikasi Tiga Tahun Terakhir untuk Hutan Indonesia
- Illegal Logging pada Kawasan Hutan Konservasi
No comments:
Post a Comment
Mohon Komentar. Terima Kasih